05 May Performance Niti Naik Mahligai Dance From Kerinci Regency, Jambi Province, at Bali, 2-5 May 2009 II  

Posted by Jambi Unlimited Treasure Team in , , , , , , , , ,






Photo - Photo Penampilan Team Kesenian Kabupaten Kerinci di Nusa Dua, Bali Tanggal 02-05 May 2009

Photo Courtesy : Ir. Guntur, Kabid Pemasaran Dinas Budaya dan Pariwisata Provinsi Jambi.


Read More......

Performance Niti Naik Mahligai Dance From Kerinci Regency, Jambi Province, at Bali, 2-5 May 2009  

Posted by Jambi Unlimited Treasure Team in , , , , , ,





Sebuah apresiasi dan hasil seleksi dari pemerintah pusat (Menteri Perekonomian dan Depbudpar) dimana Tari Niti Naik Mahligai yang berasal dari Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi diundang untuk tampil mengisi side event pada Asian Depelopment Bank Conference di Nusa Dua Bali pada tanggal 2-5 May 2009.

Acara ini dibuka oleh Ibu Sri Mulyani, Menteri Koordinator Perekonomian, selaku Tuan Rumah penyelenggara event
Asian Depelopment Bank Conference pada tahun ini. Dihadiri juga oleh
Bapak Jero Wacik, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, dan Pejabat lainnya.

Tari Niti Naik Mahligai tampil selama 3 hari berturut-turut yang disaksikan oleh Pejabat, peserta Conference, Wisatawan Mancanegara dan Domestik , serta masyarakat Bali. Tari yang berasal dari Desa Siulak Kabupaten Kerinci ini mendapat respon positif dari penonton karena keunikan dan kekhasannya.

Keunikan dari Tari ini adalah dari penarinya semuanya wanita dan berasal dari satu keturunan, unsur magisnya, dan keelokan gerak dan kostum yang dikenakan menjadi nilai unggulan.

Tari ini dimulai dengan prosesi Persembahan, yaitu proses pemantraan penari dari pengasuh dengan lantunan nyanyian khas yang memanggil roh leluhur untuk kelancaran prosesi Tarian.

Lalu disusul dengan menari diatas pecahan kaca, penusukan dengan tombak ke anggota badan penari, berjalan diatas paku dan bambu runcing, diangkat diatas kertas, berjalan diatas telur, berjalan diatas mata pedang, menari diatas bara api dan memadamkannya dengan menggunakan kaki dan tangan penari.

Tarian Niti Naik Mahligai ini mengandung unsur magis karena penari melakukannya dalam keadaan tidak sadar (in-trance).

Semoga dengan tampilnya Tari Niti Naik Mahligai ini, masyarakat jambi, baik yang berada diluar maupun yang di Jambi, makin mencintai dan mengagumi aset budaya leluhur ini.

Read More......

TARI NITI NAIK MAHLIGAI  

Posted by Jambi Unlimited Treasure Team in , , , , , , , , , ,


Tarian Niti Naik Mahligai adalah satu Tarian Tradisional yang berasal dari Kabupaten Kerinci, Provinsi jambi. Tari ini mengandung unsur magis yang sangat kental. Berbeda dengan Debus dari daerah Banten, tarian ini diperagakan oleh para perempuan yang telah berumur.


Atraksi tarian ini biasanya diperagakan di beberapa event daerah. Yang sangat memukau pada tarian ini adalah atraksi di mana para penari menunjukkan kebolehan dengan menari di atas api yang membara, berjalan di atas mata pedang tajam yang terhunus, berjalan diatas telur serta

menghentakkan tombak besi yang runcing dan atraksi lainnya. Berikut dilampirkan reportase saat mengunjungi Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi :

“…. Di tengah bahana tabuhan gendang, tiba-tiba perempuan itu mengambil dua bilah pedang di depannya. Dengan sekali entakan keras dan jeritan panjang, pedang itu ia tusukkan ke tubuhnya sendiri. Dalam sekejap kedua pedang itu bengkok seperti bumerang. Ratusan penonton di lapangan depan kantor Bupati Kerinci di Sungai Penuh tercekat.

Gendang terus dipukul. Perempuan itu bergerak memejamkan mata. Wajahnya mendongak ke langit. Dari bibir sang pawang keluarlah Seru. Seru dalam kebudayaan Kerinci adalah rapal untuk memanggil roh leluhur.

Beberapa lelaki menuangkan sekeranjang pecahan kaca di depannya. Lalu atraksi mengejutkan kembali terjadi. Pecahan kaca itu diinjak dengan hentakan kuat, ia dan dua penari perempuan lain menari di atas pecahan kaca hingga berderak-derak. Selanjutnya mereka berjalan menginjak telur yang disusun di atas batang pisang. Badan mereka seolah sangat ringan, karena telur-telur itu tidak pecah, bahkan retak pun tidak.

Penonton kota kecil Kerinci telah lama sekali tak menyaksikan tarian magis bernama Niti Naik Mahligai itu. Tarian itu berasal dari Siulak Mukai, Kerinci bagian utara. Wilayah Kerinci dikenal kuat dengan tradisi seni tari magis. Namun kini sangat jarang tarian itu muncul di depan publik. Tarian itu hanya sesekali tampil dalam acara pemerintah atau upacara kenduri pusaka yang berlangsung 10 hingga 20 tahun sekali.

Gendang dan seruling terus mengiringi tarian. Rintangan berikutnya adalah duri-duri sembilu yang ditancapkan ke kayu. Kedua penari itu bergantian menginjak duri sembilu yang tajam. Penari itu kemudian juga menginjak susunan paku. Atraksi selanjutnya meniti mata pedang. Sebilah pedang panjang ujungnya dipegang dua lelaki di atas tanah, lalu telapak kaki kedua penari itu meniti pedang tajam itu tanpa terluka.

Tiba-tiba dari arah depan seorang lelaki berlari dan menghunuskan tombak. Dass..!! tombak bermata tajam itu menghunjam tepat ke ulu hati penari perempuan. Tubuh penari sempat terlihat terjengkang, namun dalam hitungan detik, dengan teriakan yang keras tombak itu patah dua.

Tak lama, di dekatnya dinyalakan api bara yang disiram minyak tanah. Api yang berkobar membangkitkan kembali semangat kedua perempuan itu. Api yang menyala-nyala itu mereka lompati dan mereka bergantian menari di atas kobaran api seperti berkecipak di atas air. Pada akhir pertunjukan dengan histeris mereka memadamkan bara api dengan kedua tangan. Ratusan mata penonton terpaku oleh pertunjukan ini. Tapi tidak semua penonton betah melihat atraksi itu.

”Saya tidak tahan lagi, seluruh bulu kuduk saya berdiri. Kalau tetap di sini, bisa-bisa tanpa sadar saya lari ke lapangan bermain silat dengan pedang,” kata Sofyan, 50 tahun, seorang penonton. Mukanya tampak merah.

Menurut sang pawang, Eva Braman-ti Putra, 31 tahun, tarian ini adalah warisan turun-temurun dari leluhurnya di Siulak Mukai, Kabupaten Kerinci. Sementara di sana tarian ini dilakukan anak muda, di desanya masih ada tarian menginjak kaca yang ditarikan orang-orang tua yang memakai jubah panjang.

Pertunjukan itu diangkat dari prosesi untuk calon raja pada masa lalu. Sebelum dinobatkan, seorang calon raja harus menempuh berbagai rintangan. Yang menarik, pertunjukan ini dimainkan semua oleh perempuan. Menurut Eva, pada masa lalu yang memegang tampuk kekuasaan di Kerinci perempuan. Kaum lelaki hanya menjalankan pemerintahan.

Penonton bertepuk tangan. Di pinggir lapangan, ketiga penari perempuan itu terkulai lemas. Ermidayati, 35 tahun, penari utama, tersandar di kursi kehabisan tenaga. ”Perut saya mual,” kata perempuan yang sehari-hari guru SMPN 3 Gunung Kerinci di Sungai Pegeh. Ia dikipasi dan diberi minum. Seperempat jam kemudian kesegarannya pulih.

Ia mengaku saat menari dirinya antara sadar dan tidak. ”Ada yang membisikkan dari dalam untuk melangkah di atas pedang, cepat…, cepat...,” katanya. Ia tidak tahu dari mana memperoleh kekebalan ketika menari. Soalnya, sehabis pertunjukan, kekebalannya juga hilang. ”Kalau teriris pisau saat mengupas bawang, ya sakit,” katanya tertawa.

Berbeda dengan para penari, ilmu yang dimiliki pawang tetap bertahan. Eva Bramanti Putra, sang pawang, misalnya, mengaku, ”Kalau sedang berada di ujung tanduk, saat-saat sedang dalam marabahaya, kekebalan itu keluar.” Eva mengatakan, ketika berusia 20 tahun, ia mendapat wangsit dari leluhur pihak ibu yang menuntunnya melaksanakan ritual tarian Niti Naik Mahligai.

Dari ibunya, ia diajari gerakan tari, dari kakek pihak ayahnya diajari ilmu meringankan tubuh, sedangkan seluruh prosesi yang lengkap didapatnya dari wangsit. Beberapa benda diganti oleh Eva. Misalnya dulu keris, kini diganti pedang, batu kaca diganti pecahan kaca, duri perdu hutan diganti paku dan sembilu. Zaman dahulu, mereka yang memainkan tari ini syahdan bisa bertengger di pucuk-pucuk daun. Sekarang, oleh Eva, para penarinya yang kesurupan disuruh berdiri di atas daun yang lebar, dan terakhir di atas kertas yang dijunjung para kru.

Semua prosesi itu dicoba dulu oleh Eva dan berhasil, padahal sedari kecil ia tidak pernah menuntut ilmu kebal sedikit pun. Sekitar tahun 2000 Eva membentuk sanggar di kampungnya, beranggotakan 13 orang. Mereka kemudian berlatih. Tarian kebal ini sempat menjadi tarian pembukaan Festival Danau Kerinci, yang diadakan tiap tahun sejak 2001. Istri Eva, Dentina, 28 tahun, juga diikutkan. Dentina mengatakan, kunci pertunjukan adalah meditasi. ”Menjelang pertunjukan, kami melakukan meditasi dengan kaki bersila sampai seluruh tubuh kesemutan dan menggigil,” katanya.

Setelah meditasi, untuk menyucikan diri kemudian ia mandi dengan perasan jeruk purut di sungai. Esoknya, ia akan menari tanpa beban, bahkan ingin cepat-cepat menginjak pedang. ”Padahal, pada saat melihat pedang itu diasah, bukan main ngerinya. Namun, ketika menari, rasanya hanya menginjak punggung pedang,” ujarnya. Menurut Eva, untuk penari inti enam orang tetap dipilih dari yang memiliki hubungan darah. ”Kalau penari lainnya biasanya anak sekolah. Tetapi saya hanya berani mengajari mereka sebatas menginjak kaca,” kata Eva.

Eva mengakui, dalam beberapa kali pertunjukan pernah gagal. Bahkan, saat di Banten, baju kru laki-laki yang menghidupkan api ikut terbakar. ”Pernah pula pada saat di Bukittinggi kaki penari utama luka terkena pedang ketika dia sedang ditombak, karena terinjak pedang di belakangnya ….”

Masih banyak bentuk kesenian daerah yang ada di Provinsi Jambi yang dapat memperkaya khasanah kesenian nasional Indonesia yang memerlukan kerja bareng untuk mengidentifikasi dan mempromosikan serta melestarikannya agar tetap ada dan bertahan dari efek kemajuan zaman.

Sebagai info, apabila ingin menyaksikan langsung tarian Niti Naik Mahligai ini, silahkan datang besok pada panggung kesenian ADB di Bali Tourism Development Center, Nusa Dua, Bali pada sore hari tanggal 01 May 2009 dan 3 pementasan lainnya di Bali dan sekitarnya.

Read More......

Arti Lambang Provinsi Jambi  

Posted by Jambi Unlimited Treasure Team in , , , , , , , , , ,


Lambang Daerah Tingkat I Provinsi Jambi adalah Berbentuk Bidang Dasar Segi Lima yang menggambarkan lambang Jiwa dan semangat Pancasila.

Pada Lambang tersebut terdapat gambar sebagai berikut :

A. Masjid, melambangkan Ketuhanan dan Keagamaan;

B. Keris, melambangkan kepahlawanan dan Kejuangan;

C. Gong, melambangkan jiwa musyawarah dan Demokrasi, dan

D. Pada bagian bawah logo terdapat Seloka “ Sepucuk Jambi Sembilan Lurah “ yang mengandung arti penggambaran luasnya wilayah Kesultanan Melayu Jambi yang mencakup Sembilan Lurah di kala pemerintahan Orang Kayo Hitam. Adapun ke Sembilan Lurah tersebut adalah :

1. Petaji,

2. Maro Sebo,

3. Jabus,

4. Aer Itam,

5. Awin,

6. Pemayung,

7. Miji,

8. VII - Koto, dan

9. Pinokawan.

Ada juga yang berpendapat bahwa wilayah Kesultanan Melayu Jambi dahulu meliputi Sembilan Lurah yang dialiri oleh anak-anak sungai (batang), masing-masing mempunyai nama :

1. Batang Asai

2. Batang Merangin

3. Batang Masurai

4. Batang Tabir

5. Batang Senamat

6. Batang Jujuhan

7. Batang Bungo

8. Batang Tebo dan

9. Batang Tembesi.

Batang-batang ini merupakan Anak Sungai Batanghari yang keseluruhannya itu merupakan wilayah Kesultanan Melayu Jambi.

Awalnya kalimat ”Pucuk Jambi Sembilan Lurah” terpatri dalam naskah lama ”Undang-undang Piagam Pencacahan dan Kisah Negeri Jambi” yang ditulis Ngebi Sutho Silago Priyayi Rajo Sari Bertarikh 1356 Hijriyah atau 1939 Masehi.

Pada kitab ini dalam pasal 37 Pucuk Undang delapan, lengkapnya berbunyi

”...Yang bernama Pucuk Jambi itu ialah Uluan Jambi, pertama pulau Umak, disanalah Durian ditakuk Rajo sebelah hulu Sialang bertantak besi antara dengan Tanah Minangkabau, maka itulah yang bernama Pucuk Jambi. Adapun yang dinamakan sembilan Lurah itu anak Batanghari Jambi sungainyo yang besar 9 sungai, Pertama Tembesi, kedua Merangin, Ketiga Batang Asai, Keempat Sungai Tabir, Kelima Tebo, Keenam Bungo, Ketujuh Pelepat, Kedelapan Masumai, kesembilan Jujuhan Mako itulah yang dinamokan yang Sembilan Lurah,…”

Batas wilayah Kerajaan dimasa lalu memang belum seperti sekarang dengan koordinat dan ordinat. Patok agrarianya berupa tanda-tanda alam atau simbol-simbol lain. Pada masa kesultanan Jambi luas wilayah kekuasaan kerajaan disebut dari Tanjung Jabung sampai durian ditakuk Rajo, dari sialang belantak besi ke Bukit Tambun Tulang. Tanjung Jabung adalah daerah pantai termasuk perairan dan gugusan Pulau Berhala. Durian ditakuk Rajo berada di Tanjung Simalidu, Sialang belantak besi berdiri tegak di Sitinjau Laut dan Bukit Tambun Tulang berada di Singkut.

Edited from sources :

www.bappedajambi.go.id/

http://sriandalas.multiply.com/

Pemerintah Provinsi Jambi

Read More......

Asal Mula Pemberian Nama Jambi  

Posted by Jambi Unlimited Treasure Team in , , , , , , , , , , , , , , , ,


Ada beberapa versi tentang awal pemberian nama jambi, antara lain :

  1. Nama Jambi muncul sejak daerah yang berada di pinggiran sungai batanghari ini dikendalikan oleh seorang ratu bernama Puteri Selaras Pinang Masak, yaitu semasa keterikatan dengan Kerajaan Majapahit. Waktu itu bahasa keraton dipengaruhi bahasa Jawa, di antaranya kata pinang disebut jambe. Sesuai dengan nama ratunya “Pinang Masak”, maka kerajaan tersebut dikatakan Kerajaan Melayu Jambe. Lambat laun rakyat setempat umumnya menyebut “Jambi”.
  2. Kemungkinan besar saat Tanah Pilih dijadikan tapak pembangunan kerajaan baru, pohon pinang banyak tumbuh di sepanjang aliran sungai Batanghari, sehingga nama itu yang dipilih oleh Orang Kayo Hitam.
  3. Berpedoman pada buku sejarah De Oudste Geschiedenis van de Archipel bahwa Kerajaan Melayu Jambi dari abad 7 s.d. abad 13 merupakan bandar atau pelabuhan dagang yang ramai. Di sini berlabuh kapal-kapal dari berbagai bangsa, seperti: Portugis, India, Mesir, Cina, Arab, dan Eropa lainnya. Berkenaan dengan itu, sebuah legenda yang ditulis oleh Chaniago menceritakan bahwa sebelum Kerajaan Melayu jatuh ke dalam pengaruh Hindu, seorang puteri Melayu bernama Puteri Dewani berlayar bersama suaminya dengan kapal niaga Mesir ke Arab, dan tidak kembali. Pada waktu lain, seorang putri Melayu lain bernama Ratna Wali bersama suaminya berlayar ke Negeri Arab, dan dari sana merantau ke Ruhum Jani dengan kapal niaga Arab. Kedua peristiwa dalam legenda itu menunjukkan adanya hubungan antara orang Arab dan Mesir dengan Melayu. Mereka sudah menjalin hubungan komunikasi dan interaksi secara akrab.
    Kondisi tersebut melahirkan interpretasi bahwa nama Jambi bukan tidak mungkin berasal dari ungkapan-ungkapan orang Arab atau Mesir yang berkali-kali ke pelabuhan Melayu ini. Orang Arab atau Mesir memberikan julukan kepada rakyat Melayu pada masa itu sebagai ”Janbi”, ditulis dengan aksara Arab: , yang secara harfiah berarti ’sisi’ atau ’samping’, secara kinayah (figuratif) bermakna ’tetangga’ atau ’sahabat akrab’.
  4. Kata Jambi ini sebelum ditemukan oleh Orang Kayo Hitam atau sebelum disebut Tanah Pilih, bernama Kampung Jam, yang berdekatan dengan Kampung Teladan, yang diperkirakan di sekitar daerah Buluran Kenali sekarang. Dari kata Jam inilah akhirnya disebut “Jambi”.
  5. Menurut teks Hikayat Negeri Jambi, kata Jambi berasal dari perintah seorang raja yang bernama Tun Telanai, untuk untuk menggali kanal dari ibukota kerajaan hingga ke laut, dan tugas ini harus diselesaikan dalam tempo satu jam. Kata jam inilah yang kemudian menjadi asal kata Jambi
Menurut Anda, manakah cerita yang paling reasonable asal mula kata Jambi?

Read More......